Makalah Metodologi Penelitian Ilmiah untuk studi islam
Sumber gambar: gyzchapohan.blogspot.com/2011/06/pengertian-sekumpulan-peraturan.html
Di era modern ini dimana pemahaman terhadap sesuatu dengan mengedepankan logika, kajian studi Islam dituntut juga secara ilmiah tetapi tidak lepas dari dua sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dengan adanya kajian Islam secara ilmiah ini mampu membuat orang berwawasan luas dan mampu memahami Islam secara Ilmiah sesuai dengan perkembangan zaman dan bisa lebih toleran. Dalam bab ini akan membahas secara khusus dua hal:
Pertama, Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan, meliputi:
1. Perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan
2. Integrasi agama dan ilmu pengetahuan
3. Universitas Islam dan sumbangannya terhadap ilmuwan dunia
4. Paradigma penelitian ilmiah dalam Al-Qur’an
Kedua, metodologi penelitian ilmiah, meliputi:
1. Macam-macam penelitian akademik
2. Langkah-langkah penelitian
Ketiga, tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang peneliti ilmiah
Dengan mempelajari Bab ini diharapkan pembaca mendapatkan pemahaman tentang Islam yang lebih mendekati kepada kebenaran dan menjadi peneliti ilmiah sesuai ajaran Islam.
A. Islam dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
1. Perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan
Ilmu dalam Islam merupakan salah satu kekuatan penyangga. Allah pernah menunjukkan makna pena yang biasa dipakai menulis oleh para ulama, yaitu ketika Allah bersumpah demi pena melalui firman-Nya,
Demi kalam (pena) dan segala apa yang mereka tulis” (Al-Qalam: 1)
Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah yang paling takut kepada-Nya hanyalah ulama” (Fathir: 28)
Allah menjunjung tinggi orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang yang berilmu pada beberapa tingkatan” (Mujadalah:11)
Dari ayat-ayat di atas dapat dilihat begitu besarnya penghargaan kepada orang-orang yang berilmu. Nabi SAW. juga menganjurkan sahabat-sahabatnya untuk belajar bahasa asing agar mereka memperoleh pengetahuan budaya bangsa lain. Dalam salah satu khutbahnya, Rasulullah memuji kelebihan orang-orang yang berilmu, mengingatkan kepada kaumnya bagi yang tidak mau mengajarkan ilmu yang diperoleh, dan memerangi orang-orang yang bermain dalam mencari ilmu.
2. Integrasi agama dan ilmu pengetahuan
Islam merupakan agama yang memotivasi orang untuk mentransfer ilmu kepada yang lain. Kegiatan ini mampu melahirkan tradisi keilmuan dan akademik yang mapan, sebagaimana hal itu dikenal di Barat dengan sebutan metode ilmiah modern. Metode ini sekarang berhasil menumbuhkan budaya progresif di sana yang pada gilirannya telah menguasai dunia. Dari sini dapat dilihat bahwasannya budaya Islam yang telah ikut serta memajukan budaya barat adalah karena metode ilmiah itu.
Para ilmuwan Muslim menemukan toleransi dan kemudahan dalam agama, bahkan mereka mengajak menyingkap rahasia alam dan rahasia substansinya sehinga dapat ditundukkan guna keperluan manusia, memakmurkan alam ini dan mengembangkan kehidupannya
3. Universitas Islam dan kontribusinya pada ilmuwan dunia
Dalam buku The History of Science, Parnal menyatakan, “sesungguhnya para ilmuwan Muslim telah melaksanakan pengabdian kemanusiaan yang tak terhitung”. Para ilmuwan benar-benar berlomba dan memuliakan ilmu dan ulama. Diantara ilmuwan muslim itu adalah Jabir ibn Hayan, penyusun aljabar; Khawarazmi penemu logaritma; Khalil ibn Ahmad penemu dasar ensiklopedia dan ilmu ‘arudl; Imam Sibawaih menemukan filsafat bahasa Arab dan prinsip-prinsip dasar ilmu I’rab, dan lain sebagainya. Para mahasiswa banyak yang pergi ke Andalusia, Cisilia, dan seluruh ibukota Islam di Eropa untuk belajar pada guru Muslim. Mereka itu antara lain sebagai berikut:
Pertama, Herbart yang berhasil menguasai deferensial di Roma pada akhir abad X M.
Kedua, Nicolades yang melakukan perjalanan ke negara-negara Islam di akhir abad ke-13.
Ketiga, al-Idrisi seorang ahli geograf yang terkenal. Ia menyusun pertama kali peta geografi dunia yang dicetak oleh Yayasan Ilmiah di Baghdad.
Keempat, al-Wizan al-Fasi, seorang dokter Arab yang memperhatikan ilmu-ilmu Islam dan menyiarkannya pada bangsanya. Ia mempunyai andil dalam memajukan ilmu kedokteran di Eropa. Ia juga menyusun kamus kedokteran, di mana di dalamnya ia terjemahkan istilah-istilah kedokteran yang berbahasa Arab ke dalam bahasa latin dan Ibrani.
Para ilmuwan Muslim banyak yang lebih dahulu mengemukakan teorinya daripada ilmuwan yang lain. Imam Ghazali dengan kitabnya Al-Munqidl min al-Dlalal lebih dahulu daripada Dekkart. Qudamah ibn Ja’far telah mampu membuat pola bumi dan mengetahui pendeknya waktu siang di dua kutub. Pada tahun 595 H. Ibn Zuhri al-Andalusia mengarang Taisiir. Buku kedokteran pertama yang membahas bidang perawatan kesehatan tubuh.
4. Paradigma penelitian ilmiah dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an memberikan petunjuk kepada kita dalam bidang keilmuan melalui pendekatan ilmiah dan pendekatan realistik. Pendekatan ilmiah sebagaimana disampaikan oleh Al-Qur’an didasarkan pada paradigma sebagai berikut.
Pertama, penggunaan eksperimen atau temuan-temuan baik terdahulu atau modern.
Kedua, penggunaan rasio dan eksperimen dalam mencari kebenaran sehingga ditemukan rumus-rumus untuk hal-hal yang belum diketemukan oleh orang lain.
Al-Qur’an juga menetapkan pedoman-pedoman operasional secara cermat bagi dua paradigma di atas untuk menjaga kemungkinan distorsi atau penyimpangan. Pedoman itu antara lain:
1. Hendaklah seorang cendekiawan tidak menyimpan pengalaman-pengalaman serta ilmu-ilmu yang telah ia peroleh. Karena pada hakikatnya pengalaman bukan hanya miliknya, melainkan merupakan hidayah dan taufik dari Allah.
2. Amanah ilmu seharusnya menempati posisi utama.
3. Ilmu merupakan kebenaran universal bagi seluruh manusia.
4. Tidak menyia-nyiakan waktu dalam berdiskusi, baik oleh pihak guru maupun oleh pihak murid. Diskusi yang dilakukan hendaknya tidak mendistorsi konsep yang menghambat kemajuan.
5. Menrima hal-hal yang bermanfaat dan meninggalkan pembicaraan tidak berguna.
6. Menyeleksi dan meneliti para calon pendidik yang hendak mentransfer pengetahuan kepada kita.
B. Metodologi Penelitian Ilmiah
Penelitian adalah suatu upaya mencari kebenaran, pengkajian secara mendalam, dan mempublikasikannya kepada masyarakat. Penelitian merupakan metode yang harus dilalui oleh para peneliti agar sampai pada kebenaran akhir dalam suatu obyek atau ilmu. Penelitian ada dua macam, penelitian ilmiah dan penelitian sastra. Yang pertama dibatasi oleh obyek dan analisa ilmiah. Sedangkan yang kedua dibatasi oleh kajian-kajian kesusasteraan dan hal-hal yang berhubungan dengannya.
Peneliti hendaknya menulis sesuatu yang belum pernah diketahui. Melalui usahanya itu peneliti menjadi tahu. Peneliti mengeksplorasi hal-hal yang masih tertutup lalu menjelaskannya. Peneliti melihat obyek yang kurang kemudian menyempurnakan. Peneliti melihat teks yang terlalu panjang, kemudian ia meringkasnya atau ia menemui sesuatu yang salah lantas diperbaiki. Rumusan di atas tepat dan relevan dengan suatu pendekatan kajian yang dilakukan oleh para peneliti manuskrip atau teks.
Langkah-langkah penelitian ilmiah
1. Memilih objek penelitian
2. Menyusun desain
Hendaknya desain itu jelas dan terperinci, isi penelitian itu dibagi menjadi beberapa bab dan beberapa sub bab. Di antara unsur-unsur yang terpenting dalam sebuah proposal penelitian antara lain: pendahuluan, pengantar, isi, atau inti penelitian, dan penutup.
3. Mengumpulkan referensi
4. Mengumpulkan data ilmiah
5. Mengkonstruk penelitian
Setelah peneliti mengumpulkan data dan mencatatnya pada kartu-kartu atau map, selanjutnya ia harus mempersiapkan konstruk (kerangka) penelitian. Tahap ini merupakan tahapan penelitian yang paling penting.
C. Sifat-sifat Seorang Peneliti
Seorang peneliti harus memenuhi sejumlah sifat-sifat, antara lain: Tanggung jawab, tanggung jawab ilmiah mengharuskan kita bersedia menunjukkan hal yang penting, dan yang kita yakini dapat dipenuhi; ada keinginan yang kuat; konsisten, keinginan dalam bekerja harus diiringi dengan kesabaran dan sikap bersahaja; kekuatan menghafal dan mengingat; skeptif dan konfirmasi; sederhana dan objektif; dapat dipercaya (amanah), amanah bagi seorang peneliti adalah memindahkan pendapat orang lain secara cermat dan menyandarkan pendapat itu pada para penggagasnya secara terang-terangan; pemikiran yang sistematis dan dapat direalisasikan. Semua ini adalah sifat-sifat yang terpenting yang harus dipenuhi oleh seorang peneliti. Setiap orang akan mampu menciptakan sifat-sifat itu untuk diri sendiri. Jika pada peneliti tidak terdapat sifat-sifat tersebut, sebaiknya mencari bidang lain saja.
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai bukti-bukti kemajuan Islam di bidang ilmiah salah satunya mengenai kontribusi Universitas Islam pada Ilmuwan dunia yang begitu besarnya, apakah masih dikatakan bahwa Islam bertentangan dengan ilmu pengetahuan?
Alangkah baiknya pengikut Islam di zaman kita yang mengendalikan kemuliaan Islam kepada dunia mengumpulkan kembali kebenaran, kejujuran, dan kreativitas dari akidah dan keimanan mereka.
Metodologi Penelitian Ilmiah untuk Studi Islam, Sinopsis Buku Metodologi Studi Islam karangan Drs. M. Nurhakim, M. Ag

Sekian postingan kali ini dengan judul "Metodologi Penelitian Ilmiah untuk Studi Islam". Semoga bermanfaat. Dan jangan lupa klik tombol share media sosial ya sob. Terimakasih dan mohon maaf.

Share artikel ke :

Facebook Twitter Google+

0 komentar:

Post a Comment

*Terimakasih atas kunjungannya, jika ingin kunjungan balik dari saya silakan memberikan komentar di bawah.
*Maaf No Live link dan No unsur SARAP (Suku, Agama, Ras, Antar golongan, Porno)
*Jika anda ingin mengutip artikel harus disertakan link yang menuju artikel ini. Baca selengkapnya di TOS.
*Jika banner atau link sobat ingin ditempatkan di blog ini, silahkan masuk halaman jawigo.blogspot.com/p/sobatku.html

 
Top