A. Pemilihan Formula
Mengingat keterbatasan
bahan baku, peralatan, serta waktu, sementara cosmetic harus segera diproduksi
untuk mengejar musim, tren, fashion dan lain-lain, kita harus pandai memilih
formulasi agar kosmetik itu dapat segera diproduksi dan dapat memenuhi tujuan
tertentu.
Sebelum pemilihan
terakhir atas suatu formulasi (setelah melewati percobaan-percobaan klinis
kecil-kecilan atas keamanan formulasi beserta bahan-bahan baku di dalamnya),
kita harus secara realistis yakin bahwa formulasi kita memang akan dapat di
produksi secara besar-besaran dengan menggunakan alat-alat pabrik yang telah
ada. Bahkan pada saat itupun, bahan-bahan baku yang terkandung dalam formulasi
itu masih harus secara kritis diteliti kembali sebelum betul-betul dipilih
untuk digunakan.
B. Pemilihan Metode Pembuatan
Tujuan dari proses kosmetik adalah untuk
menghasilkan suatu produk yang seragam serta memiliki keawetan yang panjang,
maka pemilihan metode pembuatan yang tepat dengan menggunakan peralatan yang
tersedia itu esensial.
Produksi besar-besaran umumnya didasarkan pada hasil pengamatan produksi
percobaan (clinical batch). Selama
pembuatan cilnical batches, perlu
dilakukan pengamatan parameter-parameter kritis yang mempengaruhi kinerja
produk, antara lain:
a.
Langkah-langkah kritis dalam metode pembuatan.
b.
Sifat-sifat produk yang kritis, seperti
viskositas, dll.
c. Bahan-bahan baku inti, seperti surfaktan,
lubrikan, bahan pensuspensi, bahan pembuat gel, atau bahan-bahan alam atau
sintetik yang menentukan.
Setelah mengidentifikasi, parameter-parameter kritis tersebut, perlu
memilih cara pembuatan yang paling tepat dan peralatan yang paling cocok agar
menghasilkan produk yang “ideal”. Karena pembesaran produksi dari clinical batch ke pilot size batches dan akhirnya ke produksi besar-besaran mungkin
harus mengkompromikan hal-hal tertentu dalam produksi, diharuskan untuk memilih
metode khusus atau peralatan yang paling memenuhi standar selama pembuatan clinical batch agar kompromi tersebut
tidak terlalu menyimpang.
C. Rencana Pembesaran Batch
Pembesaran produk dari laboratory size bathces (clinical
bathces), yang umumnya sampai 25 kg, ke pilot
plant bathces (25-200 kg) disebut scale-up
formulasi atau produksi. Untuk produksi kosmetik yang masih baru, scale-up
dapat diselesaikan dalam 2 fase:
1.
Pembuatan
Clinical Batch
Pengalaman pertama
dengan batch ukuran agak besar umumnya ditemui disini. Karena itu, formulator
produk itu sebaiknya hadir menyaksikan pembuatan clinical batch tersebut untuk
menghindari masalah yang mungkin timbul akibat tidak tersedianya metode
pembuatan yang kurang terperinci.
Setelah beberapa
clinical batch sukses dibuat, suatu pembuatan umumnya sudah bisa dituliskan
dalam format tertulis yang dapat dengan mudah dilanjutkan ke produksi pilot
plant batches.
2.
Pembuatan
Pilot Plant Batch
Umumnya pembuatan batch
dalam fase pilot plant batches disarankan untuk dilanjutkan sebelum tes keamanan klinis fase III
mulai dilakukan untuk produk hasil metode pembuatan pilihan terakhir. Kebutuhan
produksi untuk tes klinis demikian umumnya membutuhkan batches ukuran agak
besar (200 kg).
Penelitian terhadap
produksi pilot plant juga disebut penelitian perkembangan proses yang diadakan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok berikut dan untuk mengidentifikasi
langkah-langkah inti dalam proses pembuatan yang perlu disahkan atau ditolak:
a. Formulasi itu bisa diproduksi lebih banyak atau
tidak
b. Apakah metode produksi itu sesuai dengan
kemempuan produk yang diharapkan dan dengan peralatan yang ada
c. Apakah diperlukan peralatan baru atau pabrik ke
tiga
d. Apakah langkah-langkah
pokok proses pembutan telah teridentifikasi
e. Apakah studi untuk validitas telah didesain
dengan baik
Penelitian terhadap
produksi pilot plant perlu diarahkan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut secara memuaskan. Jika timbul pertanyaan apakah produk itu fleksible
untuk diproduksi, maka sebaiknya produk itu diproduksi dengan menggunakan
peralatan dan ukuran batch yang akan dipakai secara rutin.
Puncak kegiatan scale-up
biasanya berupa produksi yang memuaskan dalam bentuk production demonstration batch yang kemudian digunakan untuk
mengisi kebutuhan packaging demonstration run yang menghasilkan produk akhir
yang telah dikemas. Study validasi biasanya dijalankan selama pembuatan production
demonstration batch dan packaging demonstration run.
D. Proses Produksi
Produk kosmetik dibuat di dalam batch,
di bawah pengawasan pengaturan Pemerintah, yaitu Cara Pembuatan Kosmetik yang
Baik (CPKB) atau Good Manufacturing Practices (GMP) di A.S.. Peralatan yang
digunakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mixing, dispersing,
homogenizers, filling equipment.
1. Proses dan tujuan
a.
Pencampuran
(mixing)
Tujuan dari pencampuran antara lain:
1)
Mencampur
cairan yang sulit tercampur
2)
Mempercepat
pemanasan bahan-bahan
3)
Melarutkan
lemak-lemak dan bahan-bahan lainnya
4)
Untuk
emulsifikasi atau dispersi
5)
Untuk
pendahuluan pendinginan
b.
Pemompaan
Ada dua jenis pompa yang digunakan di
dalam produksi kosmetik, yaitu:
1)
Positive
displacement pump
Bekerja dengan menarik cairan ke dalam suatu
rongga, kemudian mendesaknya keluar pada sisi yang lain.
2)
Centrifugal
pumps
Pada pompa ini, cairan dimasukkan di titik
pusat propeler yang berputar cepat.
c.
Pemindahan
panas
Dalam
banyak proses pembuatan kosmetik, bahan baku sering harus dipanaskan samapai
suhu 70-80OC, dicampur, dan kemudian didinginkan sampai sekitar
30-40OC sebelum produk akhir dapat dipompa dan disimpan.
d.
Filtrasi
Umumnya,
filtrasi hanya diperlukan dalam memurnikan air dan untuk penjernihan losion,
dimana bahan-bahan baku produk-produk ini sering berisi sejumlah kecil kontaminan
yang akan mengganggu penampilan produk akhir jika tidak dihilangkan.
e.
Pengisian
(filling)
Pengisian
untuk kosmetik yang berbentuk cair dapat menggunakan sistem vakum pada
botol-botol yang berderet-deret. Pengisian cream dapat memakai filteram type,
dimana cream dimasukkan ke dalam tube silindris dengan bantuan suatu plunger.
2. Pembuatan produk-produk khusus
a. Kosmetik cair
Pembuatan produk kosmetik cair
mencakup pelarutan atau dispersi yang baik, serta penjernihan. Untuk sejumlah
produk kosmetik cair, parfum atau bahan yang berminyak mungkin perlu dilarutkan
terlebih dahulu. Ini umumnya dilakukan dalam pembuatan shampo. Karena
kejernihan suatu losion sangat penting, maka kemasannya juga harus jernih.
Untuk itu perlu pencucian dengan udara bertekanan atau air panas yang di ikuti
dengan pembilasan dan pengeringan.
b. Gel
Produk kosmetik dalam bentuk gel
berkisar dari losion yang kental, misalnya roll-ball antiperspirant sampai gel
thixotropik yang sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat digunakan
sebagai kosmetik hairdressing dan hair setting.
Losion kental lebih mudah dibuat
yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit gellant padat ke dalam fase cair
yang diaduk terus-menerus dengan cepat memakai propeler yang di gerakkkan
turbin.
Cara pembuatan gel kental yang tidak
bisa mengalir lebih sulit karena pada produk akhirnya udara tidak bisa keluar
dari dalamnya seperti halnya pada losion kental. Gel kental harus di buat dalam
ruang hmapa udara atau di lakukan melalui proses pembuangan udara yang rumit.
c. Mikroemulsi
Mikroemulsi terbentuk melalui sistem
yang spontan, pembuatannya cukup dengan alat pencampur yang sederhana, jadi
tidak memerlukan alat pencampur rumit berkecepatan tinggi. Pada umumnya dalam
pembuatan mikroemulsi fase minyak dengan suhu sekitar 800C
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam fase air dalam suhu yang sama, sambil
di aduk secara pelan. Untuk sementara produk dipertahankan pada suhu di atas
setting point-nya agar udara naik dan keluar. Ini berarti bahwa pipa-pipa dan
alat pengisi perlu dipanaskan dengan air panas atau uap bercampur air.
d. Emulsi
Proses pembuatan emulsi mencakup tiga hal, diantaranya:
1. Emulsifikasi awal
Emulsifikasi awal
biasanya dijalankan pada suhu yang lebih tinggi untuk menjamin bahwa kedua fase
serta hasil emulsi cukup mobil geraknya sewaktu diaduk. Intensitas dan lama
pengadukan tergantung efisiensi dispersi emulsifator.
Cara pembuatan
emulsi yang baik adalah dengan menuangkan serentak proporsi kedua fase yang
sama pada setiap waktu ke dalam mixer
yang terus berputar sehingga emulsi terus-menerus terbentuk, tetapi ini hanya
dapat di lakukan dalam pabrik besar.
2. Pendinginan
Mendinginkan emulsi merupakan proses
yang sangat penting, terutama dalam produk yang berisi bahan-bahan mirip lilin
yang berharga. Selama pendinginan biasanya emulsi terus di aduk untuk
mengurangi lamanya proses serta untuk menghasilkan produk yang homogen.
3. homogenisasi
Pada suhu yang
tinggi, kebanyakan emulsi tidak stabil dan selama pendinginan dalam batch terbentuk butiran-butiran emulsi
atau pada produk yang memiliki fase minyak dengan titik leleh tinggi, pada
proses pendinginan terjadi pengerasan produk. Karena itu, diperlukan
pencampuran tambahan untuk memperoleh produk seperti yang diinginkan.
Pencampuran tambahan
ini bervariasi, mulai dari pelewatan produk melalui pompa bergir berputar
dengan tekanan rendah dari belakang, misalnya 50 psig atau penghancuran
agregat-agregat kristal lilin, atau pelewatan katub homogenizer dengan tekanan
tinggi 5000 psig.
e. Pasta
Pasta, terutama
pasta gigi, umunya dapat dibuat dengan menambahkan komponen-komponen padat yang
mungkin sudah dicampur sebelumnya ke dalam komponen-komponen cair yang mungkin
mencakup bahan-bahan yang larut dalam air. Pencampuran
dapat dilakukan dalam mixer terbuka
atau mixer vakum. Mixing dalam keadaan panas, di ikuti
dengan pendinginan memakai alat Votator atau metode serupa lainnya juga dapat
dilakukan.
Metode alternatif penyiapan pasta
yang terbuat dari bubuk padat di dalam suatu cairan adalah melalui pencampuran
awal yang kasar dan campuran ini di masukkan ke dalam triple roller mill yang diberi berbagai tekanan dan pemutaran
sampai pasta yang di inginkan terbentuk.
f. Sticks
Pada umumnya pembautan lipstick meliputi 3 tahap, yaitu:
1. Penyiapan campuran komponen, yaitu campuran
minyak-minyak, campuran zat-zat warna, dan campuran wax.
2. Pencampuran semua itu membentuk massa lipstick.
3. Pencetakan massa lipstick menjadi batangan-batangan lipstick.
Deodorant stick, pembuatanya mirip dengan pembautan emulsi, yaitu suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan dalam suatu fase
larutan dalam air pada suhu sekitar 700C. gel panas yang terbentuk
diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60-650C dan dibiarkan
memadat.
g. Powder
Pencampuran powder biasanya dijalankan di dalam satu
wadah semi bundar yang dilengkapi pengaduk spiral yang memiliki dua pita
sehingga campuran itu bergerak dalam dua arah yang berbeda. Mixer tipe ini sangat baik untuk bath
salts dan bahan-bahan kristal lainnya dan sering digunakan untuk pembuatan face powder.
E. Kontrol Kualitas
Fungsi utama kontrol
kualitas atau quality assurance
adalah menjamin agar perusahaan memenuhi standar tertinggi dalam setiap fase
produksinya. Faktor –faktor yang tercakup dalam kontrol kualitas adalah:
1. Personalia
2. Fasilitas
3. Spesifikasi Produk
Fungsi kontrol kualitas, antara lain:
1. Kontrol dalam proses (in- process control)
2. Pengujian spesifikasi bahan baku (raw material specification testing)
3. Pengujian spesifikasi produk(product specification testing)
4. Pengawasan fasilitas penyimpanan dan distribusi
(storage and distribution facilities
control)
5. Pengawasan tempat yang mungkin sebagai produsen
pihak ketiga (site inspection of potential
third party manufacture)
6. Pengawasan terhadap kontaminasi mikrobiologis (mikrobiological surveillance)
7. Kemungkinan memperpanjang tanggal kadaluwarsa
produk (product exspiration dating
extension)
Cara pembuatan kosmetik yang baik (CPKB) yang ditetapkan oleh
pemerintah adalah:
1. Ketentuan umum
a) Pada pembuatan kosmetik, pengawasan menyeluruh
sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima kosmetik yang bermutu
tinggi dan aman digunakan.
b) Tidaklah cukup jika produk jadi kosmetik hanya
sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang sangat penting adalah
bahwa mutu harus dibentuk dalam produk tersebut.
2. Personalia
Jumlah karyawan di semua
tingkatan hendaklah memadai serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan sesuai tugasnya. Mereka hendaklah juga memiliki kesehatan mental dan
fisik yang baik, sehingga mampu melaksanakan tugas secara profesional dan
sebagaimana mestinya.
3. Bangunan
Bangunan untuk pembuatan
kosmetik hendaklah memiliki ukuran, rancangan, konstruksi, serta letak yang
memadai untuk memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan, dan pemeliharaan yang
baik. Tiap sarana kerja hendaklah memadai, sehingga setiap resiko kekeliruan,
pencemaran silang, dan pelbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu
kosmetik dapat dihindarkan.
4. Peralatan
Peralatan yang digunakan
dalam pembuatan kosmetik hendaklah memiliki rancang bangun dan konstruksi yang
tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk kosmetik terjamin seragam
dari batch ke batch, serta untuk
memudahkan pembersihan dan perawatannya.
5. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan
higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap pembuatan kosmetik. Ruang
lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan, dan
perlengkapan,bahan produksi serta wadahnya, dan setiap hal yang dapat merupakan
sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran hendaklah dihilangkan melalui
program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
6. Produksi
Produksi hendaklah
dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, yang dapat
menjamin produksi barang jadi yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu adalah
bagian yang esensial dari cara pembuatan kosmetik yang baik agar tiap kosmetik
yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan
adalah mutlak untuk menghasilkan kosmetik yang bermutu mulai dari saat kosmetik
dibuat sampai distribusi kosmetik. Untuk keperluan itu, harus ada suatu bagian
pengawasan mutu yang berdiri sendiri
8. Inspeksi diri
Tujuan inspeksi diri
adalah untuk melaksanakan penilaian secara teratur tentang keadaan dan
kelengkapan fasilitas pabrik kosmetik dalam memenuhi persyaratan cara pembuatan
kosmetik yang baik
9. Penanganan terhadap hasil pengamatan,keluhan dan laporan kosmetik yang beredar.
Daftar Kepustakaan
BSI, Kwality Engg Corporation http://reactorvesselsindia.com/Heat%20Exchangers.htm
BSI, Kwality Engg Corporation http://reactorvesselsindia.com/Planetary%20Mixers.htm
Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Petunjuk Operasional Pedoman
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik,http://www.pom.go.id/public/ hukum_perundangan/
pdf/BUKU%20POM_011210. pdf,
Dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK., dkk.,
2007, Buku Pegangan Ilmu Kosmetik,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
books.google.co.id/books?id=1Pu7FYDfTNoC&pg=PA4&dq=ilmu+kosmetik&h l=id&ei=-RrUTsrOFZDJrAfRg-yeDg&sa=X&oi=book_result&ct=result& resnum=1&sqi=2&ved=0CDIQ6AEwAA#v=onepage&q=ilmu%20kosmetik&f=false
Sekian postingan kali ini dengan judul "Proses Pembuatan Kosmetik yang Baik". Disusun Oleh : Anugroho, Diah Sri Astutik, Sofwatin Hajaroh, Isvikawati. Semoga bermanfaat. Dan jangan klik tombol share media sosial ya sob. Terimakasih dan mohon maaf.
0 komentar:
Post a Comment
*Terimakasih atas kunjungannya, jika ingin kunjungan balik dari saya silakan memberikan komentar di bawah.
*Maaf No Live link dan No unsur SARAP (Suku, Agama, Ras, Antar golongan, Porno)
*Jika anda ingin mengutip artikel harus disertakan link yang menuju artikel ini. Baca selengkapnya di TOS.
*Jika banner atau link sobat ingin ditempatkan di blog ini, silahkan masuk halaman jawigo.blogspot.com/p/sobatku.html